Judul :
Girls in The Dark
Penulis :
Akiyashi Rikako
Penerbit :
Penerbit Haru
Tahun Terbit :
2014
Harga : Rp. 56.000,-
Harga : Rp. 56.000,-
Cetakan :
Pertama
Spesifikasi :
19 cm, 279 halaman
Jumlah Bab : 8
(delapan)
Durasi Baca :
30 Agustus 2015
Kepemilikkan :
Milik Sendiri (pemberian @faikaunsulangi)
Rate :
4.75 of 5 ^^
.
.
Sinopsis;
Apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu?
Gadis itu mati.
Ketua Klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati. Di tangannya ada setangkai
bunga lili.
Pembunuhan? Bunuh
diri?
Tidak ada yang tahu.
Satu dari enam gadis anggota Klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh
gadis cantik berkarisma itu.
Seminggu sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin
mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata,
cerita pendek yang mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa
pembunuh yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka,
tapi …
Kau … pernah berpikir ingin membunuh seseorang?
.
.
Novel ini dibuka dengan penjelasan mengenai peraturan
pertemuan Klub Sastra oleh Samikawa
Sayuri, ketua klub yang baru. Pertemuan Klub Sastra kali ini spesial.
Selain mengadakan Yami-Nabe,
pertemuan kali ini juga mengharuskan setiap anggotanya untuk membuat sebuah
cerita pendek dengan tema kematian ketua
Klub Sastra mereka yang sebelumnya, Shiraishi
Itsumi.
Dalam kegelapan, setiap anggota bergantian membaca
naskahnya. Dimulai dari Nitani Mirei,
anak kelas 1 yang mendapatkan beasiswa dari sekolah elit ini sekaligus menjadi
guru privat adiknya Itsumi. Lalu berlanjut pada Kominami Akane, kelas 2, yang merupakan anak dari pemilik restoran
Jepang yang suka membuat kudapan ala Barat di dapur salon. Lalu, berlanjut pada Diana
Detcheva, perempuan yang menjadi teman homestay-nya
Itsumi di Bulgaria yang kemudian diundang Itsumi untuk belajar di sekolahnya
sebagai siswi pertukaran pelajar. Kemudian berlanjut pada pembacaan naskah
milik Koga Sonoko, siswi pintar yang
selalu berpikir rasional. Lalu, pembacaan naskah oleh Takaoka Shiyo, seorang penulis yang dengan karyanya mendapatkan
penghargaan dan perhatian dari publik. Dan terakhir, pembacaan naskah dari sang
ketua baru, Samikawa Sayuri, yang merupakan teman Itsumi sejak kecil.
Masing-masing naskah menceritakan sudut pandang si penulis
terhadap Itsumi dan juga terhadap alasan kematiannya. Setiap naskah
bersinggungan satu sama yang lain, mencoba menganalisis siapa pembunuh Itsumi
yang sebenarnya. Tapi, masing-masing naskah tersebut menuduh orang yang
berbeda, menyajikan cerita yang berbeda.
Lalu, siapakah yang sebenarnya membunuh Itsumi?
.
.
Alice pun harus membunuh Ratu Hati untuk mendapatkan wonderland, kan? (p.222)
.
.
Baca selengkapnya pada Buku Girls in
The Dark karya Akiyoshi Rikako ini! ^^
Sesungguhnya ini pertama kali saya membaca novel terjemahan
dari Jepang. Biasanya, saya membaca novel terjemahan dari Amerika Serikat.
Pengalaman membaca karya terjemahan dari negeri sakura dengan membaca novel ini
sangatlah berkesan dan menyenangkan :”)
Pertama, mungkin saya akan membahas dari cover terlebih dahulu. Pertama kali buku
ini dirilis oleh Penerbit Haru, saya sangat sangat sangat tertarik untuk membelinya. Cover-nya yang simpel namun memberikan kesan misterius dan seram
ini membuat saya langsung bertanya-tanya apakah jalan ceritanya? Siapa tokoh
pada cover tersebut? Kenapa matanya begitu
kosong dan menakutkan? Bagi saya, cover
ini sangat berhasil membuat pembaca tertarik dengan isi bukunya. (—sekaligus
membuat saya merinding acapkali melihatnya di rak buku hehehe)
Kedua, terjemahan pada karya ini saya rasa cukup baik. Tidak
kaku sama sekali. Penerjemah berhasil menyampaikan poin-poin yang dimaksudkan
penulis dengan baik sehingga pembaca pun bisa menikmati karya ini. Terima kasih
kak Andry Setiawan! :”)
Ketiga, novel ini menggunakan gaya bercerita yang begitu
unik. Dengan cerpen yang dibuat setiap anggota, pembaca diajak untuk mengenal
setiap tokoh, utamanya Itsumi sendiri. Setiap cerpen yang dibuat menggunakan sudut pandang pertama atau 'aku' sehingga menonjolkan
karakter penulisnya dan pembaca bisa mengenal masing-masing tokoh dengan
baik. Dengan gaya bercerita yang berupaya menyelami pandangan setiap tokoh
lewat cerpen yang dibuatnya, pembaca dibawa untuk menyelami suatu peristiwa
dengan berbagai pandangan. Karena pandangan setiap tokoh terhadap suatu
peristiwa berbeda, inilah yang menjadi daya tarik dari novel ini. Pembaca
dibawa untuk menebak-nebak sudut pandang manakah yang benar, apa yang
sebenarnya terjadi, dan siapakah pembunuh Itsumi? Sampai saat terakhir,
pertanyaan-pertanyaan ini tetap bergentayangan di kepala saya hehe :”
Lalu, dari cerpen yang ada, saya pribadi suka dengan cerpen
yang dibuat oleh Kominami Akane. Akane yang suka memasak menurut saya sangat
digambarkan dengan baik oleh penulis. Terlihat dari berbagai macam resep dan
makanan yang disebutkan, hal-hal kecil tersebut membawa pembaca untuk masuk ke dalam
dunia memasak Akane. Saya jadi ingin mengunjungi dapur salon ini dan mencicipi kudapan yang dibuat Akane! : )
Keempat, saya suka bagaimana penulis membangun suasana—baik
latar tempat, waktu, maupun feel.
Novel ini mengambil setting di sekolah katolik putri yang elit. Sepanjang
membaca novel ini, pembaca bisa merasakan kemegahan sekolah dan salon tempat berkumpul klub sastra,
bagaimana keadaan sosial dari sebuah sekolah elit serta kegiatan-kegiatan para
siswinya dll. Penulis novel ini sangat detail :”) terlihat dari bagaimana riset
yang dilakukan penulis terhadap buku-buku sastra, resep-resep mewah, serta
hingga bagaimana keadaan negara Bulgaria! Saya salut pada Akiyoshi-sensei! :”)
Kelima, plot novel ini sangat-sangat-sangat nge-twist.
Pokoknya, ketika saya membaca novel ini sampai akhir, saya hanya bisa ternganga
dengan ending-nya.
Pertama kali saya membaca novel ini (September 2014), saya
sampai benar-benar tak habis pikir plot ceritanya akan seperti ini :”) lalu,
ketika saya membaca untuk kedua kalinya (30 Agustus kemarin), saya malah
menemukan satu kalimat penting yang
waktu itu luput saya baca :”) pada akhirnya, setelah membaca untuk kedua
kalinya dan menemukan fakta baru, saya semakin suka dengan pelintiran cerita
yang dibuat Akiyoshi-sensei. Sama
sekali tidak tertebak :”)
Saya kira, dibalik kelebihan-kelebihan novel ini, tentunya
tidak lepas dari kekurangan. Menurut saya pribadi, ending cerita ini masihlah menggantung ;;;;;;;;;;;;; setelah
selesai membaca dua kali pun saya tetap bertanya-tanya apakah terjadi pada
tokoh-tokohnya ;;;;; saya kira karya ini akan menjadi sempurna bila ditambahkan
satu atau dua kalimat yang menegaskan apa yang sebenarnya terjadi pada
karakter-karakternya :”) (dia semacam masih penasaran begitu)
(oh ya, dan applause
buat editor penerbit Haru yang luar biasa, sepanjang novel ini saya tidak
menemukan typo :”) well done!)
.
.
.
Baiklah, sekian review novel Girls in The Dark dari saya!
Tertarik untuk membaca novelnya? HARUS BANGET BACAAA!
:”)))))
Sudah membacanya? Yuk, kita FANGIRLING-an! :”)))))))))))
.
.
.
Paling tidak, aku ingin jadi tokoh utama selama ada di sekolah ini.
Harus aku.
Harus aku yang paling bercahaya. (p.236)
.
.
Me gif:
this |
.
.
.
.
.
.
.
Fangirl Box: Open to Fangirl with Me! :
0 comments:
Post a Comment